Penyakit Akibat Kerja


3md23c.jpg 

Definisi

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.

FAKTOR PENYEBAB

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur

4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja

5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.

DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.

Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

1. Tentukan Diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

– Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis

– Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

– Bahan yang diproduksi

– Materi (bahan baku) yang digunakan

– Jumlah pajanannya

– Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

– Pola waktu terjadinya gejala

– Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

– Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,

perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

 

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat

baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

PENUTUP

Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja masih merupakan masalah di Indonesia. Diperlukan minat dan pengetahuan yang khusus untuk dapat menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, selain perlu ditingkatkan pendidikan bagi dokter dalam bidang kedokteran kerja, juga perlu dikembangkan suatu sistem rujukan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dikembangkannya klinik-klinik Kedokteran Kerja di Indonesia dapat membantu permasalahan yang dihadapi.

 

 

24 komentar di “Penyakit Akibat Kerja

  1. mhon bantuanya…
    Saya D3 ITS jurusan K3…
    Menurut saya Keselamatan Kerja di Indonesia masih relatif kurang…
    Baik karena Human Eror maupun Teknologinya…

    Untuk FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA dibagi atas beberapa faktor, salah satunya yaitu Faktor Fisik…

    Dan Untuk Faktor Fisik itu sendiri dibagi atas..:
    – Kebisingan
    – Suhu
    – Radiasi
    – Tekanan Udara Tinggi
    – Getaran
    dll

    Untuk Faktor Fisik Getaran adakah penjelasan yang lebih lanjut…

    Mohon balasanya ya pak…
    terima kasih sebelumnya…

  2. getaran mekanis
    menyebabkan resonansi alat tubuh,gejala:
    efek mekanis pada jaringan, ada:
    1. getaran seluruh tubuh(letakan peredam)
    2. getaran pada lengan (pemijatan)
    3. rangasangan reseptor dalam jaringan

  3. teman saya karyawan sebuah klinik swasta disalah satu kawasan industri di kepri dan bekerja sejak 14 th lalu ,beberapa tahun terakhir ybs terjangkit hepatitis ,dimana penularannya mungkin didapat dari jurumasak perusahaan yg juga menderita hepatitis .apakas teman saya tersebut bisa dikatagorikan penyakit akibat kerja atau penyakit hubungan kerja mohon penjelasannya terima kasih.

  4. Secara hukum Penyakit Akibat Kerja ada dalam Kepres RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
    Pasal 1. Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja
    Penyakit itu terdiri atas :
    1.Pneumokoniosis (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) & silikotbc.
    2.Penyakit paru karena debu logam keras
    3.Penyakit paru karena debu kapas, vlas, henep & sisal (bissinosis)
    4.Asma akibat kerja
    5.Alveolitis alergika karena debu organik
    6.Penyakit karena berilium atau senyawanya
    7.Penyakit karena kadmium atau senyawanya
    8.Penyakit karena fosfor atau senyawanya
    9.Penyakit karena krom atau senyawanya
    10.Penyakit karena Mn atau senyawannya
    11.Penyakit karena As atau senyawanya
    12.Penyakit karena Hg atau senyawanya
    13.Penyakit karena Pb atau senyawanya
    14.Penyakit karena F atau senyawanya
    15.Penyakit karena CS2
    16.Penyakit karena Halogen dari senyawa alifatik atau aromatik
    17.Penyakit karena benzena atau homolognya
    18.Penyakit karena nitro dan amina dari benzena atau homolognya
    19.Penyakit karena nitrogliserin atau ester asam nitrat
    20.Penyakit karena alkohol, glikol atau keton
    21.Penyakit karena gas/uap penyebab asfiksia atau keracunan CO, HCN, HS2 atau derivatnya, NH3, Zn, braso dan Ni.
    22.Kelainan pendengaran karena kebisingan
    23.Kelainan karena getaran mekanik (kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi)
    24.Penyakit karena udara bertekanan lebih
    25.Penyakit karena radiasi elektromagnetik dan radiasi pengion
    26.Penyakit kulit karena penyebab fisik, kimia, atau biologi
    27.Peyakit kulit epitelioma primer karena pit, bitumen, minyak mineral, antrasena atau senyawanya, produk atau residu zat tsb.
    28.Kanker paru atau mesotelioma karena asbes
    29.Peyakit infeksi oleh virus, bakteri atau parasit pada pekerja berisiko kontaminasi khusus
    30.Penyakit karena suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau kelembaban udara tinggi
    31.Penyakit karena bahan kimia lain termasuk bahan obat.

    • Ada g penjelasan masing2 yang mendetail dari 31 penyakit tersebut…baek dari latar blakang,etologi sampai pengobatan n pencegahan…

  5. mohon bantuannya…

    saya ima mhs ui jur k3 saya ada tugas untuk membuat contoh kasus PAK….saya ingin mengangkat kasus PAK pada pekerjaan konstruksi… tolong ceritakan PAK apa saja yang sering terjadi pada karyawan di PT. Brantas Abipraya.
    Terima kasih atas bantuannya

  6. Kalau di PT Brantas Abipraya, kasus PAK seperti yang dikategorikan di Keppres RI No. 22 tahun 1993 tidak banyak. Misalnya penyakit pernafasan karena debu, radiasi sinar matahari yang berlebihan dan getaran mekanik. Sejauh ini kasusnya tidak signifikan…

  7. saya seorang petugas kebersihan menderita sakit maag kronis karena bakteri helicobakter pilory dan setelah itu saya terkena lg hepatitis dan tb dr keluarga serumah yg menderita tb.apakah hal tsb masuk penyakit karena hubungan kerja? mohon penjelasannya.

  8. Pagi pak,

    mohon info, apakah di indonesia pernah ada sengketa antara pekerja dan pemberi kerja (perusahaan) akibat kecelakaan kerja?..klo ada dimana bisa dicari ya pak datanya..kebetulan saya baru nulis komparasi tentang hukum k3 di oz ma di indo..tp kepentok data tentang sengketa antara pekerja/employee dan perusahaaan/employer. hal ini guna membuktikan bahwa apa yg tercantum di uu no1 thn 1970 dan peraturan pelaksanaanya benar-benar diterapkan dalam case yg nyata.

    terima kasih sebelumnya

    salam,
    akmal

  9. sya mhsswi Akdmi Kes Lingk.sya skrg lgi menyusun tugas akhir.sya mgambil masalah K3 di perusahaan timah. mohon bantuannya ttg masalah apa yang bisa sya jdikan bahan untuk tugas akhir sya tsb……….
    mohon di bantu

  10. saya ditugaskan untuk membuat mapping pada sebuah industri (penyakit akibat kerja) bagaimana prosedurnya dan apa yg pertama2 saya lakukan, terima kasih.

  11. Ping balik: Tugas Epidemiologi K3 Silikosis ( “Silicosis” ) « hartantig

  12. Saya mau bertanya, saya mahasiswi teknik K3, ingin bertanya, dalam empat kategori yang dikatakan WHO, apa bedanya poin 2 dan 3. dimana dalam keduanya hampir sama tertulis “pernyakit yang salah satu penyebabnya pekerjaan” . saya masih sedikit bingung. apakah ada perbedaan yang lebih mendetil lagi yang bisa membedakan poin 2 dan 3 ? terimakasih.

Tinggalkan Balasan ke barjono Batalkan balasan